19.5.10

Robin Hood

The Untold Story Behind The Legend

Robin Hood, seorang pencuri yang terkenal hingga saat ini. Terkenal karena kebaikannya berbagi hasil curian dengan rakyat kecil pada zamannya. Tokoh ini sudah diangkat beberapa kali ke layar lebar sejak tahun 1938. Dan versi cerita yang umumnya diangkat adalah perjalanan sang pencuri melawan para koruptor di zamannya dengan bantuan teman-temannya. Yang paling saya ingat beberapa diantaranya tentu adalah Little John yang berbadan besar dan Rahib gendut yang saya tidak tahu namanya. Robin Hood versi terbaru telah bartandang di bioskop terdekat saya. Saya bersemangat menontonnya, meski saya merasa sudah mengetahui garis besar ceritanya, saya harap kemasannya akan sangat apik dibawah arahan Ridley Scott (juga sutradara Gladiator dan Hannibal).

Saat saya menonton awal film, saya agak bingung. Bagaimana caranya seorang pencuri tiba-tiba ada di dalam perang Inggris-Prancis ? Menit-menit berjalan, dan saya tambah bingung, lalu bersandar di kursi sambil tersenyum. Mr Scott menceritakan sejarah Robin Hood dari awal, dan itu sejarah yang tidak saya ketahui sebelumnya. Hingga menit demi menit berjalan, dan saya yang sebetulnya menunggu cerita Robin Hood sudah benar-benar menjadi pencuri, saya tertawa dalam hati. Saya merasa cukup sok tahu. Hahaha. This is the beginning of Robin Hood, and I like the way Mr Scott tells us in his movie. And I love the epic scene. Also the place where France just arrived in England. Adegan-adegan detil dari peperangan juga indah. Membuat saya tidak sabar menunggu sekuelnya.

Yang paling menari perhatian saya adalah titling dari film ini. Lukisan kanvas bergerak ? Hahaha ide yang bagus sekali.

Saya tidak sabar menunggu film sekuelnya !

Rate By Me : 7,5 out of 10

12.5.10

LES ENFANTS DE TIMPELBACH – A REVIEW

This Christmas, they're getting their comeuppance!

Pada suatu kesempatan, pacar saya mengajak saya untuk menonton film di Festival Film Prancis Bandung. Kebetulan saya memang suka menonton dan film-film Prancis yang saya tonton tidak ada yang mengecewakan, jadi dengan semangat saya memenuhi ajakannya. Film yang di putar totalnya ada empat film, tetapi sayang sekali saya hanya sempat untuk menonton satu film saat itu. Dan film yang saya tonton adalah film memiliki resume menarik keluaran 2008, Les Enfants de Timpelbach (Anak-Anak dari Timpelbach).

Film ini menceritakan tentang anak-anak dari desa Timpelbach yang rata-rata kenakalannya sudah tidak bisa ditolerir lagi. Mereka sangat gemar membuat kekacauan dan mengganggu para orang dewasa. Sampai akhirnya para orang dewasa (termasuk orang tua dari anak-anak tersebut) habis kesabarannya dan memutuskan untuk memberikan anak-anak itu sebuah hukuman. Para orang dewasa akan pergi dari desa selama satu hari penuh, sehingga dalam desa tersebut hanya ada anak-anak. Sayangnya saat hendak pulang, para orang dewasa ini tiba-tiba ditangkap sekelompok prajurit sehingga anak-anak tersebut harus bertahan tanpa orang dewasa lebih lama dari yang mereka kira.

Untuk penyutradaraan serta naskah skenario, tidak ada yang spesial. Tetapi saya sangat suka idenya. Sebuah desa tanpa orang tua, bisa anda bayangkan itu ? Mungkin cerita ini bermula dari sebuah pertanyaan, “apa yang akan terjadi bila ada orang tua yang tega meninggalkan anaknya sendirian tanpa pengawasan ?”. Ternyata dari kalimat sependek itu dapat keluar ide ini. Desa dan kostumnya yang diset sebagai desa antah-berantah sangat manis sebagai gambaran desa kecil. Saya sangat suka settingnya, lucu ! :D

Banyak anak kecil disini, yang saya kira tidak usah saya bahas kemampuan aktingnya, bermain dengan sangat manis. Well, pada dasarnya saya sangat suka dengan anak kecil, jadi sangat menyenangkan melihat tingkah lucu bocah-bocah tersebut di layar. Dan saya memang sering sekali tertawa gemas sepanjang film gara-gara tingkah mereka. Tetapi saya kurang setuju saat mereka mencoba berakting untuk menjadi lebih dewasa. Saya pribadi memang mengasihani pribadi bocah yang bertingkah lebih tua dari umurnya. Dan ada lagi beberapa hal yang sangat saya sayangkan dari film ini, yaitu adanya adegan perang antar anak-anak yang benar-benar memakai aksi pukul-memukul dan penggambaran tindakan rebel anak-anak yang ingin cepat dewasa dibawa terlalu jauh oleh Nicolas Bary (sang sutradara). Saya pikir ini bisa menjadi salah satu pilihan film keluarga, tetapi saya langsung menghapus pikiran itu di saat-saat terakhir. Adanya adegan pukul-memukul (literally) antar anak-anak saya rasa bukan adegan yang baik untuk ditonton anak-anak. Apalagi adegan anak-anak yang sedang minum bir di bar sambil berjudi, bahkan menggoda lawan jenis layaknya orang dewasa.

Ada dua bonus besar yang saya dapat dari film ini. Pertama, munculnya Gerard Depardeu di penghujung film ! Hahaha. Saya suka dengan beliau semenjak menonton Asterix dan Obelix, dan saya sudah lama tidak melihat beliau dalam film. Jadi itu kejutan kecil untuk saya. Dan yang kedua, ada bocah super ganteng di film ini. Supergantenggapakebohong. Hahaha. Saya berulangkali bergumam memuji kegantengan bocah ini sepanjang film (sampai akhirnya merasa norak sendiri dan meyakinkan diri sendiri kalau saya bukan lolita complex). Wahai Martin Jobert, akan saya tunggu kau sedikit dewasa dan (semoga) bisa menembus pasar internasional jadi setidaknya saya bisa melihatmu di film berikutnya. :D

Rate By Me : 6 out of 10

11.5.10

IRON MAN 2 – A REVIEW

“2”

Iron Man 2 is coming !!

Itu sudah menjadi animo yang cukup heboh diantara teman-teman saya, menjelang keluarnya jadwal pemutaran Iron Man 2 di Bandung. Terutama saya sendiri, yang sangat ‘tertangkap’ oleh kharisma Tony Stark di Iron Man pertama. Saya menunggu dan sangat tidak sabar untuk menontonnya. Kurang beruntung karena saya tidak bisa menonton pemutaran premierenya, tetapi tak apa karena akhirnya saya menonton film ini 2 kali (dan mungkin akan menjadi 3 kali :D)

Untuk Iron Man pertama yang menceritakan proses lahirnya pahlawan paling narsis sedunia (mungkin) tersebut, yang paling membekas di hati saya adalah ketika seorang superhero tidak harus tampak seperti superhero, dan bahkan tidak bertingkah seperti superhero. Iron Man menurut saya adalah sosok superhero yang paling manusiawi yang pernah saya temui. Ia melakukan apa pun yang ia sukai tidak peduli apa pendapat orang, Ia melakukan hal yang menurutnya benar meski seringnya tanpa perhitungan dan ia tidak berusaha untuk tampil sempurna. Hmm, so damn human.

Iron Man 2 menceritakan tentang kelanjutan pengakuan Tony Stark (Robert Downey Jr) yang menggemparkan di Iron Man 1. Baju Iron Man dianggap sebagai senjata dan pemerintah meminta Stark untuk menyerahkannya ke militer, lewat pendekatan sahabatnya Rhodey (Don Cheadle). Dengan munculnya Stark sebagai Iron Man di TV, mendorong seorang scientist Rusia, Ivan Vanko (Mickey Rourke) yang memiliki dendam pada Stark untuk muncul dan tiba-tiba menyerang Stark di sebuah sirkuit. Belum lagi saingan Stark, Justin Hammer (Sam Rockwell) sedang melakukan segala cara untuk menjatuhkan Stark. Keadaan Stark Industri sangat kacau karena Stark yang memiliki masalah kesehatan dengan Palladium yang meracuninya tidak memperhatikan perusahaannya lagi, sehingga Pepper Pots (Gwyneth Paltrow) sang asisten sekaligus kekasihnya yang harus membereskan masalah-masalah perusahaan. Tony Stark memang terkenal suka membuat masalah, tetapi tak selamanya Ia bisa lari. Sekarang ia harus menghadapinya satu per satu.

Di film kedua ini, pertama saya sudah jatuh cinta dengan trailernya. Firasat saya film ini akan sama mencengangkannya dengan yang pertama. Aksi yang keren, dialog yang menarik, serta tingkah unik sang tokoh utama, adalah formula yang saya tunggu. Dan syukurlah, meski ternyata saya masih lebih puas dengan film pertama, Iron Man 2 tidak mengecewakan (meskipun saya agak sebal adegan yang saya sukai di trailer ternyata tidak keluar di filmnya). Jon Favreau cukup berhasil membuat sekuelnya.

Iron Man 2 is so Tony Stark. Itu yang paling saya tangkap. Narsismenya, egonya, tingkahnya, semua yang mempengaruhi elemen-elemen film ini berasal dari Tony Stark itu sendiri. Dan sekali lagi, bisa saya katakan Robert Downey Jr sudah menyatu dengan Tony Stark seperti Tony Stark dengan baju Iron Man-nya. Meski mungkin anda akan tercuri juga kehadirannya dengan Black Widow (Natalie Rushman/Natasha Romanoff), tapi menurut saya itu adalah faktor Scarlett Johansson yang luar biasa, sebagai pemeran pembantu.

Dialog-dialog yang ada segar dan menarik, dan jujurnya saya lebih ‘melek’ saat menonton adegan percakapannya dibandingkan adegan serunya. Sorry to say, but I think the exclaimed scene is little bit corny and too ordinary for this movie. Saya juga sempat dilanda kebosanan saat menonton pertengahan film, meski saya tidak tahu apa yang membuat bosan disitu. Seperti yang saya bilang, yang membuat saya terpaku di film ini hanyalah aura Toni Stark yang kental (yang dimana saya juga penggemarnya) dan dibawakan dengan baik oleh Robert Downey Jr, serta dialognya yang segar dan menarik.

However, tampaknya film ini masih tetap menjadi film yang sangat saya tunggu sekuelnya bila keluar nanti J

Rate By Me : 7,5 out of 10

Sedikit Perubahan Sistem Rating

Setelah beberapa kali memberi rating pribadi, saya suka bingung dengan film yang ingin saya beri nilai dengan perbandingan yang tidak terlalu presisi. Maka dari itu mulai sekarang sistem rating pribadi saya, saya berikan dengan range 1-10. Semata-mata hanya agar lebih akurat dan enak untuk memberi nilai.

Terima kasih J