4.4.10

3 Idiots

Choose Excellence – Success will Follow

Don't be stupid, be an idiot.”

“All is weelll...”

Lagi-lagi saya terpanggil untuk menonton film India. Hmm sungguh sedang naik daun rupanya. Setelah terkesima dengan “My Name Is Khan”, sekarang saya membawa ekspektasi baru lagi untuk menonton film ini, “3 Idiots”. Saya sudah bersiap-siap untuk pegal, karena seperti umumnya film india, film ini berdurasi hampir 3 jam. Dan memang saya masuk studio pemutaran pukul 15.05 dan baru keluar pukul 18.00. Saya juga tak lupa membawa rasa toleransi lebih barangkali akan ada adegan yang sangat lebay atau guyonan gila didalamnya. Judulnya saja 3 Idiots, genrenya komedi, poster filmnya bikin geli. Jadi saya pikir film ini akan mengocok perut saya, maybe literally in idiots way.

Film yang memenangkan banyak penghargaan di India ini ternyata diadaptasi dari novel karangan Chetan Bhagat yang berjudul “5 Point Someone – What not to do at IIT”. Diceritakan tentang 3 orang sahabat yang kuliah di ICE (Imperial College of Engineering) yang terjalin persahabatannya karena menempati kamar yang sama di asrama kampus. Film ini dibuka dengan pencarian salah seorang dari 3 sahabat ini yang menghilang begitu saja semenjak upacara kelulusan mereka. Tiga orang sahabat ini adalah Rancho (Aamir Khan) pemuda berotak cerdas yang memiliki pola pikir sangat out of the box; Raju (Sharman Josi) pemuda yang membawa beban masa depan karena menjadi tulang punggung keluarganya, dan Farhan (R. Madhavan) pemuda yang masuk ke ICE untuk menjadi insinyur padahal bermimpi menjadi fotografer. Selama perjalanan kuliah mereka, sosok Rancho yang sangat unik inilah yang membawa banyak hal dalam kehidupan Raju dan Farhan. Apalagi berada dibawah pengawasan rektor yang sangat tidak menyenangkan bernama Professor Viru Sahastrabudhhe -para mahasiswa memanggilnya ViruS- (Boman Irani) yang sungguh tidak sesuai dengan perangai Rancho, membuatnya muncul untuk melawan hingga dikenal sebagai pembuat onar. Tetapi uniknya Rancho malah bisa mencuri perhatian anak sang rektor, Pia (Kareena Kapoor). Dan sang Rancho inilah yang dicari, tidak hanya olah kedua sahabatnya, tetapi juga oleh ‘musuh bebuyutan’nya semasa kuliah dulu, Chatur aka Silencer (Omi Vaidya) demi taruhan yang mereka berdua buat dahulu kala.

Amazingly stunning. Rajkumar Hirani (sang sutradara) luar biasa. Lupakan ekspektasi saya yang tidak tahu diri di awal, karena saya salah total. Beberapa adegan lebay yang mungkin sudah jadi ciri khas film India hanya disadari, tapi tidak teringat sama sekali. Saya terharu, tertampar, tertawa, sesuai kemana film ini menghanyutkan saya. Komedinya tidak melulu tentang membodohi seseorang, dramanya tidak melulu tentang tangisan. Terutama tentang pesan-pesan yang dibawa didalamnya, saya berulang kali menunduk malu sekaligus tertawa karena merasa tersindir. Well, latar belakang film ini kebetulan sama dengan saya yang sedang berusaha lulus dengan nilai bagus di Institut Teknologi yang isinya sama persis dengan film itu. Idealisme tentang gelar dan pride, label yang tercetak di masyarakat kalau posisi yang dikatakan berhasil hanya 2 : dokter dan insinyur (errm itupun dengan nilai yang bagus tentu), pola pikir yang selalu melihat permukaan tanpa pendalaman, pandangan mahasiswa sebagai pencetak nilai sejati alih-alih pelajar sejati, sungguh semua itu nyata. Senyata kehidupan saya. Senyata emosi film ini bisa membawa saya.

Tadinya sebelum menonton saya agak heran dengan pemilihan aktor dan aktrisnya. Aamir Khan dan Kareena Kapoor (maaf saya tidak kenal yang lain) yang sudah saya lihat di TV sejak SMP berperan sebagai mahasiswa dan dokter muda? Apa aktor-aktris India sedang kesulitan dalam hal regenerasi ? Ah. Tapi semua ternyata terlupa saat menonton filmnya. Aamir Khan masih sangat cocok menjadi mahasiswa, bahkan menjadi mahasiswa rebel, secara fisik maupun secara emosional. Kareena Kapoor ternyata juga bisa berperan menjadi dokter muda yang berpendidikan dan anggun. Saya jadi terkesima karena setiap menonton filmnya beliau berperan menjadi mahasiswa centil nan menggoda, hehe. Karakter-karakternya dikemas dengan unik. Penokohan semuanya terlihat tepat, tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang tidak penting di otak saya.

Saya tidak suka dengan tarian dalam film India, tapi saya tidak keberatan dengan itu disini. Tadinya saya notabene bukan penggemar berat film india, tetapi saya menjadi penggemar berat film ini. Tiga jam terduduk di studio tanpa merasa bosan dan bahkan tidak terpikir melihat jam, bayangkan !

“Aal izz weelll....” (all is well) à terus terngiang-ngiang di otak saya... :D

Rate by me : 4,5 out of 5

1 comment:

vogky smith said...

aal is well