4.4.10

My Name Is Khan

My name is Rizvan Khan. Khan. And I am not a terrorist.


Pertama kalinya saya melihat poster film ini, jujur saya tidak tertarik. Mungkin karena waktu itu saya belum mendengar pujian-pujian orang mengenai film ini dan saya memang bukan penggemar berat film india. Tetapi ketika saya melihat kursi studio yang menayangkannya selalu penuh serta teman-teman saya mulai hot membicarakan betapa dahsyatnya “My Name is Khan”, mau tak mau saya jadi sangat tertarik dan penasaran.

Film ini berdurasi sangat lama, 165 menit (2 jam 45 menit). Bercerita tentang Rizvan Khan (Sakhrukh Khan), seorang penderita Asperger Syndrom yang pindah ke Amerika setelah ibunya meninggal untuk tinggal bersama adiknya. Di Amerika, ia jatuh cinta lalu pacaran dengan seorang wanita hindi yang ditemuinya disana, Mandira (Kajol), hingga mereka berdua menikah. Hubungan Khan dan Mandira ditentang oleh adiknya karena perbedaan agama (Khan muslim sedangkan Mandira hindu). Tetapi hidup ternyata lebih menentang pernikahan mereka sejak peristiwa 9/11 menyerang Amerika, terlebih setelah sesuatu menimpa anak tiri Khan akibat peristiwa itu. Bahkan Khan harus bertemu Presiden Amerika saat itu hanya untuk mengatakan “I’m not terrorist.” untuk menghentikan ujian hidup itu.

Peringatan bagi yang mudah pegal dan capai, lebih baik anda memilih waktu menonton yang santai dan tidak terlalu malam. Hampir 3 jam terus duduk itu agak menyiksa juga. Tetapi untunglah filmnya sangat tidak membosankan. Saya ingin standing applause setelah menonton untuk sang sutradara, Karan Johar, karena telah membuat alur cerita yang sangat tepat penempatan up and down emosinya sehingga mata tidak bisa lepas dari layar selama itu. Memang untuk beberapa hal, adegannya terasa terlalu lebay dan Bollywood, bahkan untuk beberapa adegan alih-alih membuat suasana heroik malah membuat saya seperti menonton film popcorn superhero. Endingnya juga agak disayangkan dan saya pertanyakan kenapa kemasannya harus seperti itu. Tetapi hal-hal tersebut masih bisa dimaafkan dan tidak begitu mengganggu.

Film yang mengedepankan isu rasisme ini berhasil mengangkatnya dengan cukup netral dan tidak menghakimi. Cukup jelas didalamnya dijelaskan mengenai hukum sebab-akibat serta penanaman petuah mengenai mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang tidak. Masalah agama yang diangkat pun sangat real. Masalah perseteruan Hindu-Islam di India, perlakuan warga Amerika yang sakit hati akibat 9/11, generalisasi muslim di mata Amerika, semua diceritakan apa adanya. Pesan morilnya ada di sepanjang film dan saya tidak merasa digurui. Untuk sinematografi sebetulnya biasa saja, tapi melihat dari banyak lokasi menawan yang lumayan mengelilingi Amerika dan beberapa gambar yang jelas diambil dari helicopter, ini yang membuat jadi luar biasa. Saya rasa bujet film ini juga luar biasa, hehe.

Poin selanjutnya yang ingin saya puji dari film ini adalah sang aktor, Sakhrukh Khan, yang memerankan tokoh Rizvan Khan dengan sangat baik. Saya memang menghormati kemampuan akting beliau dengan melihat beberapa film yang ia perankan (Kuch Kuch Hota Hai, Devdas), tapi untuk peran ini saya merasa aktingnya sangat luar biasa. Aktingnya sebagai pengidap Asperger Syndrom cerdas yang sangat mencintai istrinya dan terdidik sebagai orang baik-baik (literally) patut diacungi jempol. Sayangnya saya merasa hanya akting Sakhrukh Khan yang menonjol disini, bahkan kurang diimbangi olah akting Kajol sebagai Mandira. Tetapi sebetulnya penampilan semuanya disini juga tidak buruk, hanya memang biasa-biasa saja.

Saya menonton film ini dengan ekspektasi tinggi, dan terbayar lunas. Film ini penuh dengan pesan moral, mengharukan, dan bisa membuat anda bertahan di kursi selama 3 jam.

Satu kalimat yang paling membekas dalam otak saya dari film ini (maafkan kalau kata-katanya tidak persis sama, saya lupa persisnya. Intinya sih begini) :

Earlier Americas time had 2 phases, BC & AD. But now it has 3, BC, AD & 9/11.

Rate by me : 4,5 out of 5

No comments: